Pengalaman Bekerja di Perusahaan Penipu


Kali ini saya mau menceritakan pengalaman bekerja di bulan Februari 2019 kemarin. Awalnya saya tidak tahu bahwa perusahaan tersebut adalah penipu, karena mereka punya outlet, mereka juga menjalankan produksi. Jika memang mereka menipu orang, seharusnya mereka sudah gulung tikar karena dilaporkan. Tetapi anehnya, walaupun sudah banyak korban, perusahaan mereka masih berjalan sampai sekarang. Nama perusahaan dan oknum-oknum yang terlibat saya rahasiakan untuk menghindari tuduhan "pencemaran nama baik". Saya juga menulis objektif tanpa menambahkan pendapat saya secara pribadi, biarlah pembaca yang menilai sendiri.

Jadi saya sudah mencapai titik jenuh dimana saya malas melanjutkan kegiatan online shop. Sejak kepindahan saya yang kedua, saya tidak punya karyawan dan ART, sehingga semuanya dikerjakan berdua dengan suami. Walaupun penghasilan kami terbilang cukup untuk biaya hidup sehari-hari, tapi akhirnya saya bosan juga menjadi ibu penuh waktu. Saya yang semula bekerja full time di depan komputer dan hanya menjaga anak di malam hari saja, tiba-tiba berubah drastis menjadi tidak bisa menyentuh komputer sama sekali.

Sebelum Mulai Bekerja, Saya Tanya "Benarkah Kalian Penipu?"


Saya percaya bahwa yang namanya peluang kerja itu pasti ada asalkan kita mencari dengan sungguh-sungguh. Ternyata saya menemukan dua lowongan. Pertama, di minimarket dekat rumah yang hanya perlu ditempuh dengan berjalan kaki. Kedua, di sebuah perusahaan yang ditempuh dengan motor selama 15 menit. Karena peluang yang kedua menawarkan gaji lebih besar maka saya ambil.

Sebelum memutuskan bekerja di perusahaan itu, saya mencari informasi sebanyak mungkin di internet. Saya sempat ragu dengan kredibilitas perusahaan tersebut, karena ada sebuah halaman facebook yang menjuluki mereka penipu, orang-orang yang mengaku sebagai korban juga tidak sedikit. Kemudian saat mulai training, saya meminta konfirmasi kepada pihak management mengapa bisa ada berita seperti itu di facebook.

Jawabannya, mereka mengatakan bahwa itu adalah kesalahan karyawan di masa lalu dan saat ini mereka sedang membenahi diri untuk memperbaiki reputasi. Karena saya pikir mereka tidak berniat menipu, selalu menerapkan nilai-nilai agama yaitu shalat tepat waktu dan mengaji setiap hari, jadi saya berharap bahwa berita yang mengatakan mereka penipu itu hanya sebatas masa lalu.

Saya pun mulai bekerja sesuai prosedur, saat itu saya menempati jabatan Customer Service Online (CSO), yang kerjanya membalas pesan di Whatsapp dan Halaman Facebook. Semua balasan harus memakai kata-kata yang sama persis, 90% memakai auto text. Setiap CSO diberi inventaris berupa smartphone dan laptop, tetapi dengan syarat penahanan ijazah. Menurut UU Ketenagakerjaan tidak disebutkan bahwa perusahaan boleh menahan dokumen pribadi milik pekerja, tetapi saya oke-oke aja mungkin mereka takut barang inventaris dibawa kabur sehingga butuh jaminan.

Kejanggalan Ditemukan: Komentar Negatif, Keluhan, Hingga Ancaman Lapor Polisi


Saya mulai merasa janggal ketika di halaman yang saya kelola banyak komentar-komentar negatif bermunculan. Isinya itu ya caci-maki dari orang-orang yang mengaku korban, mereka melampirkan bukti transfer dan merasa kecewa karena tidak kunjung menerima barang. Ada yang baru beberapa hari dari tanggal transfer, ada juga yang sudah berbulan-bulan. Bukan sekali dua kali saya membaca pesan yang berisi ancaman lapor ke polisi.

Leader saya saat itu di Tim CSO, bukanlah orang yang bisa diajak kompromi. Dia mengatakan bahwa semua komentar-komentar negatif harus segera dihapus, chat Whatsapp yang berisi keluhan "belum terima barang" jangan dibalas, saya hanya perlu fokus pada melakukan closing dan closing. Mengapa semua komentar negatif harus dihapus kalau tidak berniat menipu? Lalu, mengapa semua keluhan tidak ditanggapi dengan benar kalau memang jujur?

Selain itu, saya juga mengakses data-data mereka di tahun 2018. Masih banyak orderan yang belum terproses, masih banyak orang-orang yang belum menerima pesanan mereka karena hanya sedikit pelanggan yang menerima bukti pengeriman resi. Jadi, inikah yang mereka sebut membenahi diri? Lalu mengapa sampai sekarang pendingan order terus menumpuk, dan mereka seolah menutup mata kepada siapa pun yang merongrong meminta uang kembali?

Gaji Tak Dibayar, Uang Makan Pun Tak Cukup!


Saya merasa bahwa apa yang saya lakukan itu salah. Ada total 10 customer yang saya layani belum menerima bukti pengiriman. Itu baru customer saya lho, belum lagi CSO-CSO yang lain. Saya sudah mendaruratkan pesanan dari customer-customer saya ke tim gudang, tetapi mereka lempar ke management, dan begitulah seterusnya mereka main lempar-lemparan. Bahkan Tim Analis menilai bahwa kinerja saya kurang serius karena terlalu terpaku pada keluhan pelanggan, mereka bilang sebagai CSO saya tidak boleh mengurusi hal-hal seperti itu dan fokus saja pada closing. Saya masih punya hati nurani, dan tidak ada satu pun orang di kantor itu yang mengasihani para korban. Karena saya tahu bahwa mencari uang disini bukan jalan yang benar, saya mulai merencanakan resign.

Di awal bulan Maret 2019, mereka mengumumkan bahwa gaji karyawan akan ditunda selama tiga bulan. Bagi saya yang sudah menikah, punya beban tanggungan, tagihan, dll penundaan gaji itu memberatkan saya dan tidak sesuai kesepakatan awal karena tidak ada dalam isi kontrak. Jadi setelah berpikir matang-matang, saya menyerahkan surat pengunduran diri. Saya juga minta kejelasan soal gaji saya yang sudah bekerja selama bulan Februari 2019, tetapi mereka tidak sanggup membayar gaji sesuai kontrak, mereka hanya memberi uang makan dengan hitungan 6.000 per hari. Ini bahkan bukan jumlah yang cukup untuk "makan dengan benar", tetapi karena saya tidak mau punya urusan lagi di kantor itu maka saya terima tanpa protes, ambil ijazah lalu pergi.

Kalau dibilang rugi sih sejujurnya iya. Adakalanya saya tidak membawa bekal sehingga harus makan di luar yang menghabiskan 7.000 hingga 15.000 dalam sehari. Walaupun di dalam kontrak saya bekerja 8 jam per hari, kenyataannya saya harus membalas chat di luar jam kerja sebagai resiko CSO yang belum mencapai target closing 10 pcs baju per hari. Leader saya menekankan bahwa pekerjaan ini terbilang enteng dibanding pekerjaan di tempat lain, namun dia salah. Semua pekerjaan itu enteng jika hati kita sudah berada di dalamnya.

Bos saya dulu, orangnya keras dan sangat disiplin. Dia membayar gaji tepat waktu, bahkan dia juga memberi uang lembur dengan bayaran yang pantas. Itulah sebabnya saat mulai wirausaha, saya meniru dia, membayar gaji karyawan tepat waktu. Kalaupun keuangan saya sedang kurang stabil, minimal saya bayar setengahnya dulu di tanggal 1 sambil meminta maaf dan menentukan tanggal pembayaran sisanya. Saya tahu bahwa karyawan itu sangat menunggu-nunggu waktu gajian.

Keluarga dan teman-teman yang mengetahui pengalaman saya bekerja disana, semua menyarankan saya untuk berkonsultasi ke firma hukum agar perusahaan tersebut dituntut atas dasar penipuan (tidak mengirimkan barang pembeli) dan kelalaian (tidak membayar gaji). Tapi bukannya saya tidak mau, hanya saja saya tidak tega kalau sampai menuntutnya.

Memang Ya, Sekecil Apa Pun Usaha Itu Lebih Enak Ketimbang Kerja di Orang


Kesimpulannya, saya mengambil pelajaran bahwa perusahaan/orang yang reputasinya sudah tercoreng sebaiknya jangan dipercaya. Saya menganggap bekerja sebulan disana sebagai observasi/ganti suasana untuk saya yang jenuh dengan rutinitas rumah, namun ada hal-hal baru yang saya pelajari dan pastinya bersifat positif untuk diterapkan pada online shop milik sendiri. Saya masih berhubungan baik dengan peluang pekerjaan yang pertama, namun saya mulai menikmati asyiknya bekerja di rumah sendiri. 

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Mba sama banget ama saya, saya sulit kerja dengan nyaman karena semuanya terlalu didalamin dengan hati.

    Kalau menurut saya, mungkin saja perusahaan itu gak nipu, cuman emang lagi kesulitan uang.
    Keuangannya buruk, jadi mereka berharap bisa menutupi kekacauan dengan uang konsumen lalu secepatnya mengejar ketertinggalan.

    meski semuanya tinggal angan2 kalau ga bisa ngatur juga selamanya kacau.

    Semangat mba, tidak ada yang sia2 dalam bekerja, pasti ada hikmah di baliknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga berpikir demikian mbak Rey, sebenarnya mereka tidak berniat menipu, tapi karena management keuangan yang buruk sehingga orderan dibiarkan terus menumpuk dan tidak terkejar.
      Terimakasih ya mbak. Pengalaman adalah guru yang berharga :)

      Hapus
  2. Kok ngeri ya, selama ada yang tertarik kayaknya gk bakal berhenti deh itu perusahaan. Dilapor polisi pun kayaknya bakal panjang. Jadi serba salah mau ngapain juga. Keluar memang jalan terbaik.

    Semangat mbak, di sini jalan buntu, bisa saja di sana jalan lurus tanpa hambatan. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting bisa tidur dengan tenang aja mas :)
      Terimakasih ya sudah menyempatkan berkunjung :)

      Hapus
  3. untung kamu segera berhenti ya mba. akupun kalo sampe tau tempat kerjaku penipu, bakalan lbh milih resign.soal gaji, hmmmm berarti itu dr hasil penipuan mereka juga kan yaa :(. ga usah diharepin kalo begitu mba. mending memang usaha sendiri dari pada terjebak ama perusahaan penipu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, bersyukur saya masih bisa membedakan yang benar dan salah. Karena kalau semua perbuatan salah dianggap benar, bakal hancur dunia :)

      Hapus

Halo, saya Elsa! Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya.
Saya akan senang jika kamu mau berbagi pendapat di kolom komentar.
Setiap komentar yang masuk akan saya usahakan balas secepatnya!