Review Film The Divine Fury, Park Seo Joon Jadi Pengusir Setan



Review Film The Divine Fury ini berisi pengalaman saya pribadi setelah menontonnya di aplikasi streaming VIU. Film ini rilis tahun 2019, namun kembali hangat dibicarakan oleh netizen setelah Park Seo Joon, pemeran utamanya, mengadakan fan meeting online untuk merayakan 10 tahun debut pada 2021. 

Film ini bertema horor dengan banyak adegan aksi. Saya salah pilih momen. Malam jumat, sendirian di kantor, hujan deras lagi. Ya makin serem lah. 

Ngemeng-ngemeng, konten ini berisi spoiler. Jadi kalau kamu tidak suka dengan spoiler, saya sarankan menonton filmnya dulu. Biar bagaimana pun, nonton film secara utuh akan memberi pengalaman jauh lebih baik. 

Review Film The Divine Fury

Film dibuka dengan adegan seorang anak laki-laki (diperankan oleh Lee Chan Yoo) sedang membuat telur gulung untuk sarapan. Sang ayah (Lee Seung Joon) yang baru selesai bercukur, segera menghampiri meja makan dan mencicipi telur gulung buatan anaknya. Ayah tersenyum puas karena masakan anaknya enak. Lalu ayah berpamitan pada anaknya untuk pergi bekerja.

Sang ayah bekerja sebagai polisi lalu lintas. Suatu malam saat Si Polisi sedang mengadakan razia, ia menghentikan sebuah mobil untuk melakukan tes alkohol pada pengemudi. Namun, Si Pengemudi ternyata kerasukan. Pengemudi itu langsung tancap gas, yang menyebabkan Polisi terseret secara brutal dan terluka parah. 

Polisi yang tak lain adalah ayah Yong Hoo, dilarikan ke rumah sakit. Ketika sang ayah sekarat, Yong Hoo berdoa di gereja agar ayahnya sembuh. Akan tetapi, takdir berkehendak lain. Ayahnya meninggal dan itu membuat Yong Hoo marah pada Tuhan. Sejak saat itu, Yong Hoo tidak percaya dengan Tuhan. 

Menjadi Petinju Internasional


Yong Hoo dewasa diperankan oleh Park Seo Joon. Setelah dewasa, ia berhasil mewujudkan cita-citanya sebagai petinju. Tampak Yong Hoo kini memiliki badan atletis dan ia harus bertanding dengan lawan yang berasal dari luar negeri. Pada saat memulai pertandingan, Yong Hoo mendengar bisikan di kepalanya, "Bunuh pria itu."

Seharusnya jika lawan sudah menyerah, pertandiangan dianggap selesai. Tapi Yong Hoo justru terus memukuli lawan terus menerus seperti orang kerasukan. Untungnya Yong Hoo dihentikan oleh wasit dan orang-orang yang berada disana tidak merasakan keanehan. 

Ketika sedang berada di pesawat, Yong Hoo tertidur dan bermimpi memegang salib. Saat bangun, tiba-tiba telapak tangan Yong Hoo berdarah. Penumpang di sebelahnya langsung memanggil pramugari untuk memberi pertolongan.

Setibanya di Korea, Yong Hoo diantar manager untuk memeriksakan diri ke dokter. Berhubung ia seorang atlet tinju, maka ia tidak boleh bertanding sampai tangannya sembuh. 

Teror Menakutkan di Apartemen

Suatu malam ketika Yong Hoo tidur sendirian di apartemen, tampak bayangan makhluk yang menyerupai laba-laba raksasa, merangkak ke atas ranjang. Tidak terlihat apa pun selain Yong Hoo yang sedang tidur. Namun, Yong Hoo merasakan ada makhluk yang sedang mencekiknya dan luka di tangannya mengeluarkan banyak darah. 

Beberapa hari kemudian, kondisi Yong Hoo tampak memburuk. Karena tidurnya sering terganggu, wajahnya menjadi pucat dan tampak lesu. Manager yang mulai merasakan hal-hal mistis, menyarankan Yong Hoo untuk bertemu dengan cenayang. 

Awalnya Yong Hoo tidak percaya dengan hal-hal mistis apalagi cenayang. Namun, dokter tidak bisa memberi penjelasan logis pada luka di tangan Yong Hoo. Itu membuat Yong Hoo tak punya pilihan selain menemui cenayang.

Yong Hoo datang menemui Hong Jin, sepupu dari manager yang menjadi cenayang. Hong Jin menjadi buta akibat kejadian di masa lalu. Namun, Hong Jin bisa melihat hal-hal yang tak dilihat oleh manusia normal. 

Hong Jin sang cenayang berkata, "Kau membiarkan hatimu gelap dan ditempeli iblis. Dasar bodoh."

Yong Hoo sendiri hanya diam karena memang kenyataannya demikian. Lalu Hong Jin menyarankan Yong Hoo untuk datang ke gereja yang ada di sebelah selatan rumahnya.

Kekuatan Tersembunyi Yong Hoo


Mengikuti saran Hong Jin, Yong Hoo mendatangi sebuah gereja dan disitu ia melihat dua pendeta sedang melakukan ruqyah pada seorang pria. Dua pendeta kewalahan karena pria yang kerasukan itu mengamuk. Pria itu juga menyerang Yong Hoo. Namun ketika Yong Hoo menahan serangan dengan tangannya yang terluka, pria itu langsung pingsan, menandakan setan telah pergi. 

Pendeta Ahn (Ahn Sung Ki) mengatakan bahwa luka pada telapak tangan Yong Hoo adalah stigmata. Biasanya, stigmata akan muncul pada orang yang memiliki keyakinan kuat pada Tuhan. Tentu saja Yong Hoo kebingungan, karena selama ini dia mengaku tidak percaya Tuhan. 

Menurut Pendeta Ahn, Yong Hoo sebenarnya membenci Tuhan. Kebencian itu datang dari rasa cinta. Itu adalah ungkapan betapa Yong Hoo amat percaya dengan kehadiran Tuhan. 

Kemudian Pendeta Ahn juga memberkati apartemen Yong Hoo dan menaruh semacam jimat. Setelah itu, Yong Hoo bisa tidur nyenyak dan ia kembali bangun di pagi hari dengan segar bugar. Itu membuat Yong Hoo ingin mendatangi tempat tinggal Pendeta Ahn untuk berterima kasih. 

Kemunculan Ji Shin, Pemuja Setan


Hal menarik dari review film The Divine Fury, aktor Woo Do Hwan memerankan tokoh antagonis bernama Ji Shin. Ia adalah pengusaha sukses yang memiliki sebuah klub malam. Di klub malam itu terdapat ruang bawah tanah dimana Ji Shin rutin melakukan ritual pemujaan setan yang ia sebut Ular Putih. 

Untuk tetap awet muda dan mendukung kelancaran bisnisnya, Ji Shin harus menyediakan tumbal berupa nyawa manusia. Ia memiliki kemampuan supranatural untuk melihat latar belakang orang, menemukan target, dan merasuki tubuh lain untuk membunuh targetnya. 

Yong Hoo dan Pendeta Ahn menyadari bahwa kasus-kasus kerasukan yang terjadi di sekitar mereka adalah ulah Ji Shin. Namun, Ji Shin ini sangat licik dan berkali-kali bisa lolos. Saya pun agak ngeri dengan beberapa ritual pemujaan setan yang dilakukan oleh Ji Shin, seperti asli, merinding banget.

Sepanjang alur cerita film, ada banyak adegan aksi ketika orang kesurupan seperti mendorong, melempar, dan jungkir balik. Yong Hoo dan Pendeta Ahn sampai babak belur setiap kali melakukan ruqyah dan itu sudah menjadi konsekuensi dari pilihan mereka. 

Pesan Moral yang Disampaikan

Setiap film memiliki pesan moral yang ingin disampaikan. Pesan yang ditangkap setiap penonton juga berbeda-beda tergantung dari sudut pandangnya. Inilah opini saya pribadi setelah menonton film The Divine Fury. 

  • Ketika seseorang membiarkan dirinya jauh dari Tuhan, maka hidupnya jadi tidak tentram. Karena Yong Hoo membenci Tuhan, ia sering diganggu oleh makhluk halus kiriman Ji Shin.
  • Manusia punya sisi religius dan memiliki kebutuhan rohani yang harus dipenuhi, yaitu dengan berdoa. 
  • Berbuat baik pada sesama manusia bisa membantu kita mendekatkan diri pada Tuhan. Ini terlihat setelah Yong Hoo membantu Pendeta Ahn dalam pengusiran setan, banyak perubahan positif yang terjadi dalam hidupnya.

Demikian review The Divine Fury yang saya buat. Semoga post ini bisa memberi gambaran untuk kamu yang ingin menonton film horor dan menguji nyali. Tidak ada adegan yang mengejutkan, dan itu membuat saya nyaman menontonnya. Dialog dalam film ini juga pendek-pendek dan mudah dimengerti sehingga penonton tidak bingung, malah bisa mengikuti alurnya dengan santai. 

Posting Komentar

0 Komentar